RedaksiBali.com – Pada Senin (12/2), militer Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di Rafah, Gaza, yang menyebabkan setidaknya 52 orang tewas, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola oleh kelompok Hamas di Gaza. Serangan ini menimbulkan kepanikan di kota yang padat tersebut, dengan asap mengepul di langit setelah serangkaian serangan hebat menghantam wilayah tersebut.
Serangan tersebut dilaporkan menyasar rumah-rumah dan masjid-masjid, dengan Hamas menyatakan bahwa 14 rumah dan tiga masjid terkena dampaknya. Konflik antara Israel dan Hamas telah mencapai titik kritis, dengan kedua belah pihak terus saling serang. Militer Israel menjelaskan bahwa serangan mereka bertujuan untuk menyerang target teror di daerah Shaboura di bagian selatan Jalur Gaza.
Meskipun demikian, reaksi terhadap tindakan Israel ini sangat keras, terutama dari negara-negara yang menyerukan agar Rafah tidak diserang karena menjadi tempat perlindungan terakhir bagi warga sipil Palestina. Sebelum serangan udara ini terjadi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memerintahkan pasukannya untuk mempersiapkan serangan darat di Rafah sebagai bagian dari upaya mereka untuk menghancurkan Hamas, yang telah melancarkan serangan-serangan mematikan sebelumnya.
Rafah, yang kini menampung sekitar 1,4 juta warga Palestina, telah menjadi pusat populasi besar terakhir di Gaza yang belum dimasuki oleh pasukan Israel sejak serangan Hamas pada Oktober tahun sebelumnya. Kondisi di Rafah semakin memprihatinkan, dengan banyak warga tinggal di tenda-tenda dan sumber daya seperti makanan, air, dan obat-obatan semakin langka.
Reaksi terhadap tindakan Israel ini telah memicu kecaman internasional yang keras, dengan sejumlah negara menyerukan agar serangan terhadap Rafah dihentikan untuk melindungi warga sipil yang terjebak di tengah-tengah konflik ini.
Konflik Israel-Palestina telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan serangkaian serangan dan pembalasan yang terus berlanjut. Hamas, kelompok yang menguasai Gaza, telah melancarkan serangan-serangan terhadap Israel, termasuk serangan roket dan serangan terowongan yang digunakan untuk menyusup ke wilayah Israel.
Israel, sebagai tanggapan atas serangan tersebut, telah melakukan serangan udara dan darat untuk menghancurkan infrastruktur Hamas dan menghentikan serangan-serangan tersebut. Namun, serangan-serangan tersebut juga telah menimbulkan korban sipil di pihak Palestina.
Keadaan di Rafah menjadi sorotan internasional karena menjadi salah satu daerah yang paling terdampak oleh konflik ini. Warga sipil di Rafah terjebak di tengah-tengah pertempuran yang mematikan, dengan sumber daya yang semakin langka dan kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk.
Kecaman internasional terhadap serangan Israel di Rafah semakin meningkat, dengan banyak negara menyerukan agar serangan tersebut dihentikan dan dialog damai dicari sebagai solusi untuk konflik ini. Namun, hingga saat ini, kedua belah pihak terus saling serang dan tidak ada tanda-tanda penyelesaian yang segera.
Situasi di Rafah dan Gaza secara keseluruhan membutuhkan perhatian dunia internasional. Diperlukan bantuan kemanusiaan yang mendesak untuk memenuhi kebutuhan dasar warga sipil yang terjebak dalam konflik ini, termasuk makanan, air bersih, obat-obatan, dan tempat perlindungan yang aman.
Konflik Israel-Palestina adalah masalah yang kompleks dan sulit untuk diselesaikan. Namun, dengan upaya dan komitmen dari semua pihak yang terlibat, ada harapan bahwa perdamaian dan stabilitas dapat tercapai di kawasan ini. Penting bagi komunitas internasional untuk terus mendukung upaya-upaya diplomasi dan dialog yang dapat membawa kedua belah pihak ke meja perundingan dan mengakhiri konflik yang telah berkecamuk terlalu lama ini.