RedaksiBali.com – Ratusan pengungsi Rohingya di Indonesia baru-baru ini diketahui memiliki tanggal lahir yang sama. Sebanyak 157 pengungsi Rohingya mendarat di Desa Karang Gading, Sumatera Utara, dan saat aparat memeriksa identitas mereka yang dikeluarkan oleh UNHCR, kesamaan tanggal lahir mereka terungkap. Hal ini tentu saja menimbulkan keheranan di kalangan masyarakat.
Oktina Hafanti, Protection Associate UNHCR, memberikan penjelasan terkait fenomena ini. Menurutnya, pengungsi Rohingya tidak mengetahui tanggal kelahiran mereka karena mereka tidak memiliki akta kelahiran atau dokumen pendukung lainnya. “Rohingya tidak diakui kewarganegaraannya dan tidak memiliki akta kelahiran, sehingga mereka tidak tahu kapan mereka lahir,” jelas Oktina.
Sebagai solusi, UNHCR telah menetapkan tanggal 1 Januari sebagai tanggal lahir bagi pengungsi Rohingya yang tidak mengetahui tanggal lahirnya. Keputusan ini berlaku di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. “Seperti praktek UNHCR di negara lain, ketika pengungsi didaftarkan dan mereka tidak mengetahui tanggal kelahiran mereka, kita selalu menggunakan tanggal 1 Januari,” tambah Oktina.
Adapun tahun lahir pengungsi Rohingya ditentukan berdasarkan pengakuan umur mereka saat pembuatan kartu identitas. Meskipun terdapat kesamaan tanggal lahir, namun tahun lahir mereka tetap berbeda.
Fakta ini mengungkapkan tantangan yang dihadapi oleh pengungsi Rohingya dalam mendapatkan identitas yang valid. Tanpa dokumen pendukung seperti akta kelahiran, mereka kesulitan untuk membuktikan identitas dan tanggal lahir mereka. Hal ini dapat mempengaruhi akses mereka terhadap layanan dasar seperti pendidikan dan perawatan kesehatan.
UNHCR dan berbagai organisasi bantuan internasional terus bekerja sama untuk memberikan bantuan dan perlindungan kepada pengungsi Rohingya. Selain memberikan identitas yang valid, mereka juga berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang situasi yang dihadapi oleh pengungsi Rohingya dan memperjuangkan hak-hak mereka.
Kisah ratusan pengungsi dengan tanggal lahir yang sama ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menghormati dan melindungi hak asasi manusia setiap individu, terlepas dari status mereka. Semua orang berhak memiliki identitas yang diakui dan akses terhadap layanan dasar yang layak.
Di masa depan, diharapkan adanya langkah-langkah yang lebih komprehensif untuk mengatasi masalah ini, termasuk upaya untuk mendokumentasikan kelahiran pengungsi dan memberikan mereka identitas yang sah. Dengan demikian, mereka dapat hidup dengan martabat dan mendapatkan akses penuh terhadap hak-hak mereka sebagai manusia.
Keberadaan ratusan pengungsi dengan tanggal lahir yang sama di Indonesia adalah sebuah fenomena yang mengejutkan, namun juga mengingatkan kita akan tantangan yang dihadapi oleh mereka dalam menentukan identitas dan tanggal lahir mereka. Melalui kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan mereka dapat mendapatkan perlindungan yang layak dan akses terhadap layanan dasar yang mereka butuhkan.