Respons NATO dan Kontroversi atas Kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi

2 minutes, 28 seconds Read

RedaksiBali.comPakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memberikan respons tak terduga terkait kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi. Presiden Raisi, 63 tahun, tewas dalam kecelakaan helikopter pada Minggu, dengan konfirmasi resmi diumumkan pada Senin. Helikopter Bell 212 yang ditumpanginya jatuh setelah hilang kontak, usai melakukan peresmian bendungan baru di perbatasan Iran-Azerbaijan.

Juru bicara NATO, Farah Daklallah, menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Iran atas tragedi ini. “Kami turut berduka cita kepada rakyat Iran atas meninggalnya Presiden Raisi, Menteri Luar Negeri Amir-Abdollahian, dan lainnya yang tewas dalam kecelakaan helikopter itu,” ujar Daklallah melalui media sosial X pada Selasa, 21 Mei 2024.

Kontroversi di Amerika Serikat
Pernyataan belasungkawa NATO memicu reaksi beragam dari publik dan figur politik di Amerika Serikat. Amerika Serikat, sebagai pemimpin aliansi pertahanan 33 negara ini, menyaksikan beberapa pihak mempertanyakan maksud dan dampak dari pernyataan tersebut. Christina Pushaw, mantan direktur respons cepat untuk kampanye kepresidenan Gubernur Florida Ron DeSantis pada tahun 2024, menyatakan kekhawatirannya di The New York Post. “Apakah kamu bercanda? Jika ini adalah pernyataan juru bicara NATO yang autentik, hal ini akan menimbulkan pertanyaan serius tentang apa sebenarnya yang diperjuangkan NATO,” tulisnya.

Barbara Starr, mantan reporter lama CNN Pentagon, juga mempertanyakan konsensus NATO terkait ucapan belasungkawa ini, sambil menandai Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenburg dalam tanggapannya di media sosial.

baca juga ….

Detil Kecelakaan
Helikopter Bell 212 yang membawa Raisi beserta delapan orang lainnya, termasuk Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian, jatuh di wilayah barat laut Iran. Semua penumpang dinyatakan tewas dalam kejadian tersebut. Menurut laporan dari Kantor Berita Mehr melalui Telegram, kecelakaan terjadi dalam kondisi cuaca buruk dengan awan rendah dan suhu lebih dingin dari rata-rata di wilayah tersebut. Kota Tabriz, yang dekat dengan lokasi kecelakaan, mencatat suhu sekitar 9,2 derajat Celsius (48 derajat Fahrenheit) pada saat kecelakaan.

Paul Beaver, pakar penerbangan dan mantan pilot helikopter, menyatakan bahwa kondisi cuaca buruk kemungkinan besar berperan dalam kecelakaan ini. “Tidak seperti pesawat sayap tetap, helikopter tidak dapat dengan mudah terbang di atas cuaca buruk,” kata Beaver, dilansir oleh Al-Jazeera. “Helikopter tidak memiliki kemewahan itu.”

Penyelidikan Lanjut
Penyebab pasti kecelakaan masih dalam penyelidikan. Militer Iran dilaporkan turut ambil bagian dalam penyelidikan untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan jatuhnya helikopter tersebut. Tangkapan layar video yang dirilis oleh Kantor Berita Mehr menunjukkan tim penyelamat tiba di lokasi jatuhnya helikopter pada 19 Mei 2024.

Kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter menimbulkan duka mendalam di Iran dan respons tak terduga dari NATO. Kontroversi seputar pernyataan belasungkawa NATO menunjukkan kompleksitas hubungan internasional dan bagaimana tragedi semacam ini dapat mempengaruhi dinamika politik global. Penyelidikan lebih lanjut diharapkan dapat mengungkap penyebab pasti kecelakaan, sementara dunia terus memantau perkembangan terkait insiden tragis ini.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cart
Your cart is currently empty.