Tantangan Biodiesel: Ketidakefisienan dan Dampak Lingkungan
RedaksiBali.com – Tantangan Biodiesel, sebelumnya dipuji sebagai terobosan dalam transisi energi terbarukan, kini menghadapi sorotan kritis yang tidak dapat diabaikan. Meskipun pemerintah secara aktif mendorong penggunaan biodiesel dengan tujuan menghemat devisa dan meningkatkan nilai tambah industri, eksistensinya kini dipertanyakan karena berbagai dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap lingkungan.
Ketidakefisienan Biodiesel
Ketidakseimbangan energi dan ekonomi dari segi produksi energi menjadi salah satu tantangan utama biodiesel. Perbandingan antara hasil penggunaan lahan untuk kebun sawit dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menggambarkan ketidakseimbangan yang mencolok. Sebuah hektar perkebunan sawit hanya mampu menghasilkan 3300 liter biodiesel per tahun, sementara PLTS dengan kapasitas 1 megawatt dapat menghasilkan 1.314.000 kwh energi listrik per tahun. Dari segi finansial, pendapatan dari penjualan biodiesel hanya sekitar 4 persen dari pendapatan yang dapat dihasilkan oleh PLTS, menunjukkan bahwa secara ekonomi, biodiesel juga tidak unggul.
Dampak Lingkungan dan Tantangan Biodiesel
Selain tidak efisien secara energi dan ekonomi, pengembangan biodiesel berbasis sawit juga memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Studi dari Universitas Leiden pada tahun 2020 menunjukkan bahwa pembukaan lahan untuk perkebunan sawit di Indonesia telah menyebabkan hilangnya 16 persen hutan primer dari tahun 2001 hingga 2016. Hal ini mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati dan peningkatan emisi gas rumah kaca. Lebih lanjut, laporan dari World Resources Institute (WRI) pada 2018 mengungkapkan bahwa sepertiga dari area perkebunan sawit di Indonesia saat ini berada di atas lahan gambut, yang rentan terhadap kebakaran masif dan kontribusi pada polusi udara berbahaya.
Tinjau Ulang Kebijakan Biodiesel
Meskipun pemerintah mengklaim bahwa pembangunan pabrik biodiesel akan menciptakan lapangan kerja, kenyataannya terdapat konflik lahan yang mengakibatkan gejolak sosial di berbagai daerah. Kenaikan harga minyak goreng juga menjadi dampak dari lebih banyaknya minyak sawit yang diekspor untuk produksi biodiesel. Oleh karena itu, sudah saatnya pemerintah meninjau kembali kebermanfaatan biodiesel yang tidak sebanding dengan risikonya.
Menuju Masa Depan yang Lebih Hijau
Transisi energi terbarukan adalah kebutuhan mendesak, terutama karena Indonesia telah berkomitmen mencapai net zero emission di tahun 2060. Namun, transisi ini harus dilakukan dengan tepat sasaran dan mempertimbangkan dampak lingkungan. Potensi energi terbarukan lain seperti tenaga surya, angin, dan air tidak boleh diabaikan. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan sumber-sumber tersebut.
Kesimpulan
Biodiesel saat ini terbukti tidak efisien dan merugikan lingkungan. Tinjau ulang kebijakan biodiesel menjadi langkah penting untuk menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Sudah saatnya Indonesia meninggalkan kebijakan-kebijakan lama yang berkontribusi pada krisis iklim global dan beralih ke sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.