RedaksiBali.com – Pada malam tanggal 27 Januari 2024, terjadi kejadian tragis yang mengguncang pangkalan militer Amerika Serikat di Tower 22, Serangan ini melibatkan penggunaan drone kamikaze yang menewaskan tiga personel dan melukai lebih dari 40 lainnya. Serangan ini menarik perhatian dunia karena kemiripannya dengan serangan terkenal atas Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor pada tahun 1941.
Berdasarkan laporan investigasi, drone kamikaze diduga berhasil menembus pertahanan Tower 22 dengan memanfaatkan keberadaan drone pengintai milik pasukan Amerika yang kembali ke pangkalan pada saat yang sama. Salah satu faktor yang disorot adalah kesalahan dalam mengidentifikasi ancaman yang mendekat, terutama karena serangan terjadi pada malam hari yang mengurangi kemampuan visual untuk membedakan antara drone musuh dan drone sendiri.
Meskipun Tower 22 dilengkapi dengan sistem radar dan pertahanan kontra-drone, seperti meriam otomatis Guardian C-RAM dan rudal Stinger, efektivitasnya dalam menghadapi drone kamikaze masih menjadi pertanyaan. Serangan ini telah memunculkan rumor mengenai kemungkinan peluncuran drone dari pangkalan Imam Ali di Suriah, yang diketahui pernah digunakan oleh Pasukan Garda Revolusioner Iran dan para milisi sekutunya. Namun, kelompok yang disebut “Perlawanan Islami Irak” telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, meskipun pemerintah Iran membantah keterlibatannya.
Belum diungkap secara spesifik jenis drone kamikaze yang digunakan dalam serangan ini. Namun, adanya beragam drone yang didesain untuk serangan bunuh diri oleh Iran, seperti Shahed-136 dan -131, menimbulkan kecurigaan akan asal-usulnya. Penting untuk memastikan apakah drone yang digunakan merupakan turunan dari drone Iran atau buatan lokal. Karakteristik serangan dan peluncuran dengan menggunakan roket mengindikasikan kemungkinan asal drone dari platform seperti Shahed-136 Iran.
Serangan yang terjadi di Tower 22 memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik di kawasan tersebut. Saat ini, upaya penyelidikan terus dilakukan untuk mengidentifikasi pelaku serangan dan mencegah terjadinya serangan serupa di masa depan.