RedaksiBali.com – Pada Selasa (20/2/2024), Amerika Serikat menggunakan hak veto dalam Dewan Keamanan PBB untuk menghalangi resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza. Tindakan ini telah menimbulkan reaksi yang tajam dari berbagai pihak, termasuk perwakilan Palestina di PBB, yang menyebutnya sebagai tindakan “sembrono dan berbahaya”.
Resolusi yang telah disusun oleh Aljazair selama tiga minggu meminta gencatan senjata kemanusiaan yang segera diberlakukan dan dihormati oleh semua pihak terlibat. Namun, Amerika Serikat telah menyebarkan rancangan resolusi alternatifnya sendiri sebelum pemungutan suara, yang tidak menekankan perlunya penerapan gencatan senjata secara mendesak.
Dalam penolakan mereka terhadap resolusi ini, Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menjelaskan bahwa melanjutkan pemungutan suara pada hari Selasa adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab. Ia mengacu pada risiko terhadap negosiasi sensitif terkait pembebasan sandera di Gaza. Meskipun demikian, kritik terhadap keputusan AS ini datang dari berbagai negara, termasuk China, Rusia, Perancis, Malta, dan Slovenia, yang secara terbuka menyuarakan keprihatinan mereka atas situasi kemanusiaan di Gaza dan menyatakan dukungan mereka terhadap resolusi untuk menghentikan pembunuhan warga sipil.
Israel, yang sedang bersiap untuk operasi di Gaza selatan, menghadapi tekanan internasional yang semakin besar untuk menahan diri, termasuk dari AS. Namun, AS menegaskan bahwa langkah mereka tidak dimaksudkan untuk mendukung serangan darat yang dianggap akan segera terjadi. Rancangan resolusi yang ditolak oleh AS juga mengecam pemindahan paksa penduduk sipil Palestina dan menuntut pembebasan semua sandera yang diculik oleh Hamas dalam serangan sebelumnya.
Penolakan AS terhadap resolusi ini mencerminkan dinamika kompleks dalam hubungan internasional di Timur Tengah. Ketegangan di Gaza semakin meningkat, dan tekanan internasional terhadap Israel semakin besar. Meskipun demikian, AS mempertahankan keputusan mereka dengan alasan risiko terhadap negosiasi pembebasan sandera yang sedang berlangsung.
Situasi kemanusiaan di Gaza menjadi semakin prihatin dengan penolakan AS terhadap resolusi gencatan senjata. Banyak negara yang menyuarakan keprihatinan mereka atas nasib warga sipil yang terjebak di tengah konflik ini. Resolusi yang ditolak oleh AS bertujuan untuk melindungi warga sipil Palestina dan menghentikan pembunuhan yang terus berlanjut.
Dalam konteks ini, penolakan AS terhadap resolusi ini menunjukkan kompleksitas hubungan internasional di Timur Tengah. Negara-negara lain yang mendukung resolusi tersebut menyatakan keprihatinan mereka atas situasi kemanusiaan di Gaza dan menyerukan tindakan segera untuk menghentikan kekerasan.
Secara keseluruhan, penolakan AS terhadap resolusi DK PBB untuk gencatan senjata di Gaza memiliki dampak yang signifikan pada kemanusiaan di wilayah tersebut. Dalam situasi yang semakin tegang, penting bagi semua pihak terlibat untuk mencari solusi damai yang dapat menghentikan pembunuhan warga sipil dan melindungi hak asasi manusia.