RedaksiBali.com – Daihatsu Motor, produsen mobil terkemuka di Jepang, diperkirakan akan mengalami kerugian besar akibat skandal uji keselamatan yang baru-baru ini terungkap. Kerugian ini diperkirakan mencapai US$700 juta atau sekitar Rp10,7 triliun. Skandal ini telah menyebabkan penghentian produksi dan pengiriman mobil Daihatsu dan Toyota di Jepang, serta pemberian kompensasi kepada ratusan pemasok komponen.
Penghentian produksi dan pengiriman mobil Daihatsu dan Toyota di Jepang memiliki dampak finansial yang signifikan bagi perusahaan. Hal ini disebabkan oleh hilangnya pendapatan akibat penutupan sementara. Saat ini, belum diketahui sampai kapan Daihatsu akan menghentikan produksi mobilnya.
Dalam menghadapi situasi ini, Daihatsu dan Toyota akan bekerja sama dengan pemasok utama untuk membantu subkontraktor kecil yang tidak menerima kompensasi. Mereka akan membantu subkontraktor ini mengakses dana dukungan dari Kementerian Perdagangan dan Perindustrian. Selain itu, perusahaan juga akan mengeluarkan dana untuk melakukan investigasi dan tes keselamatan ulang pada sejumlah model mobil.
Seorang analis dari Tokai Tokyo Research Institute, Seiji Sugiura, menyatakan bahwa kerugian Daihatsu dapat mencapai 100 miliar yen atau lebih, tergantung pada skala kompensasi yang diberikan. Hal ini akan menjadi kerugian pertama bagi Daihatsu dalam 30 tahun terakhir.
Skandal uji keselamatan juga telah berdampak besar pada produsen mobil Jepang lainnya dalam beberapa tahun terakhir. Contohnya adalah Hino Motors yang mengalami kerugian bersih sebesar 117,6 miliar yen pada tahun fiskal lalu setelah terbukti memalsukan data emisi dan efisiensi bahan bakar. Mitsubishi Motors juga mencatat kerugian bersih sebesar 198,5 miliar yen pada tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2017, ketika terungkap bahwa mereka telah memalsukan data penghematan bahan bakar.
Dalam menghadapi skandal ini, Daihatsu dan Toyota telah memutuskan untuk memberikan kompensasi kepada 423 pemasok yang terkait langsung dengan produk-produk di Jepang. Langkah ini diambil karena kedua perusahaan tersebut akan menghentikan produksi mobil di Jepang hingga akhir bulan depan.
Di sisi lain, operasi Daihatsu di Asia Tenggara, termasuk pabrik di Malaysia, telah melanjutkan produksi mobil setelah mendapatkan izin. Hal ini juga berlaku untuk PT Astra Daihatsu Motor di Indonesia, yang kini telah kembali normal dalam memproduksi mobil untuk pasar domestik. Namun, pengiriman mobil untuk ekspor masih ditangguhkan sementara menunggu konfirmasi dari otoritas di negara tujuan ekspor.
Sementara itu, Toyota Astra Motor (TAM) dan Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) telah memutuskan untuk melanjutkan pengiriman mobil di pasar domestik sejak tanggal 22 Desember 2023.
Skandal uji keselamatan yang menimpa Daihatsu Motor memiliki dampak yang signifikan bagi perusahaan dan industri otomotif Jepang secara keseluruhan. Perusahaan ini perlu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memulihkan reputasinya dan memastikan keselamatan produk mereka di masa mendatang.