RedaksiBali.com – Banyak anggapan perempuan lebih banyak berbicara mengeluarkan kata-kata per harinya dibanding laki-laki. Tapi bagaimanakah menurut studi? Para ahli mencoba menjelaskan bahwa anggapan perempuan lebih banyak berbicara ini kemudian memperkuat stereotip kaum hawa yang menghabiskan hari-hari mereka dengan bergosip. Sementara kaum pria lebih bisa menahan dan melanjutkan aktivitas, tanpa perlu mengobrol. Tetapi apakah itu benar?
Melansir laman BBC, banyak bicara dapat diukur dengan berbagai cara. Salah satunya dengan uji lab dan memberi seseorang topik untuk didiskusikan, lalu merekam percakapan mereka. Cara lain juga bisa dilakukan dengan mencoba merekam percakapan sehari-hari mereka di rumah. Kemudian menghitung jumlah total kata yang diucapkan, waktu yang dihabiskan setiap orang untuk berbicara, jumlah giliran seseorang dalam percakapan, atau jumlah rata-rata kata yang diucapkan dalam satu giliran.
Temuan dalam Hasil Penelitian yang Ada
Dengan menggabungkan hasil dari 73 penelitian terhadap anak-anak, para peneliti di AS menemukan bahwa anak perempuan berbicara lebih banyak kata daripada anak laki-laki, tetapi hanya dalam jumlah yang dapat diabaikan. Ada perbedaan kecil yang muncul dan hanya terlihat saat mereka berbicara dengan orang tua, dan tidak terlihat saat mereka mengobrol dengan temannya. Jadi tidak banyak perbedaan di antara anak-anak, tapi bagaimana dengan orang dewasa?
Seorang psikolog bernama Campbell Leaper dari University of California, Santa Cruz, menemukan perbedaan yang sangat kecil pada anak kecil. Ia kemudian melakukan meta-analisis tentang subjek tersebut dan hasilnya menemukan laki-laki yang paling banyak berbicara. Tapi perbedaannya kecil.
Asal Muasal Anggapan Perempuan Lebih Banyak Berbicara
Asal muasal paling populer tentang munculnya klaim perempuan lebih banyak berbicara, salah satunya datang dari Louann Brizendine, penulis dan seorang neuropsikiatri di University of California San Francisco pada tahun 2006. Ia mengemukakan gagasan bahwa pria mengucapkan 7.000 kata sehari dan wanita mengucapkan 20.000 kata per hari.
baca juga :
Namun, gagasan Brizendine kemudian dipertanyakan oleh Mark Liebermann, profesor linguistik di Universitas Pennsylvania. Liebermann mempertanyakan penggunaan angka-angka tersebut, yang tampaknya secara longgar didasarkan pada angka-angka terkait dalam buku. Atas kritikannya, Brizendine kemudian setuju dengannya dan berjanji untuk menghapus (tentang jumlah angka) dari edisi mendatang.
Senada dengan hal ini, Catherine Aponte, mantan psikolog klinis dan asisten profesor di Spalding University, juga menjelaskan bahwa ada beberapa kekurangan yang mendasari pernyataan Brizendine. Menurut Aponte, apa yang ditemukan Brizendine tentang seberapa banyak pria dan wanita berbicara berasal dari buku self-help, tanpa kutipan akademis yang merujuk pada pernyataan tersebut. “Meninjau pernyataan serupa menghasilkan jumlah kata untuk wanita mulai dari 4.000 hingga 25.000 kata, sekali lagi tanpa penelitian yang mendukung pernyataan semacam itu,” tuturnya.
Penelitian yang Mengungkap Perempuan Lebih Banyak Bicara
Terkait anggapan populer Brizendine, seorang psikolog bernama James Pennebaker, dari University of Texas, Austin, kemudian mengembangkan alat (EAR) yang merekam potongan suara 30 detik setiap 12,5 menit. Orang tidak dapat mematikan EAR Pennebaker, atau Perekam yang Diaktifkan Secara Elektronik, sehingga memberikan sampel yang lebih andal tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science pada tahun 2007, Pennebaker mengumpulkan data tentang pola obrolan dari 396 mahasiswa (210 perempuan dan 186 laki-laki) di perguruan tinggi di Texas, Arizona, dan Meksiko. Ia menemukan bahwa dalam 17 jam terjaga, wanita yang mereka uji di AS dan Meksiko mengucapkan rata-rata 16.215 kata sementara pria berbicara 15.669. Namun, Pennebaker mengatakan perbedaan ini juga dapat diabaikan.
Selain itu, juga ada beberapa hal yang membuat perempuan atau laki-laki bisa berbicara lebih banyak. “Tidak semua jenis percakapan sama tentunya. Mungkin yang penting adalah siapa yang mendengarkan (atau menjadi lawan bicara),” kata Pennebaker.
video terkait :