Pertamina Menargetkan Penghematan Devisa
Pertamina Menargetkan Penghematan Devisa

Pertamina Menargetkan Penghematan Devisa Negara dengan Produksi Biofuel

2 minutes, 21 seconds Read

Pertamina Menargetkan Penghematan Devisa Negara dengan Produksi Biofuel, akibat upaya menekan impor minyak mentah mencapai Rp161 triliun pada tahun ini. Target ini mengikuti tren 2022, di mana penghematan devisa dari perdagangan bahan bakar mencapai Rp120 triliun.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, telah mengumumkan langkah-langkah strategis yang diambil oleh perusahaan dalam upaya mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak mentah. Salah satu strategi yang sedang dilakukan adalah peningkatan produksi bioenergi yang berasal dari bahan baku organik, yaitu Biodiesel 35 persen (B35).

Biodiesel 35 persen merupakan campuran bahan bakar nabati berbasis CPO atau sawit, yang dikenal sebagai FAME, dengan kadar 35 persen. Sementara itu, 65 persennya adalah Solar. Dengan menggunakan bahan bakar nabati seperti B35, Pertamina berharap dapat mengurangi tingkat konsumsi BBM konvensional yang berasal dari impor minyak mentah.

Langkah ini sejalan dengan upaya yang sedang dilakukan Pertamina untuk meningkatkan keberlanjutan energi di Indonesia. Selain mengurangi ketergantungan pada impor minyak mentah, penggunaan bahan bakar nabati seperti B35 juga dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan karena mengurangi emisi gas rumah kaca.

baca juga :

Nicke Widyawati juga menegaskan bahwa Pertamina akan terus berkomitmen untuk memperluas produksi bioenergi, termasuk meningkatkan produksi Biodiesel 35 persen. Hal ini menjadi bagian dari visi perusahaan untuk mengurangi emisi karbon dan mendukung transisi menuju energi bersih.

Dengan strategi ini, Pertamina berharap dapat menjadi salah satu model perusahaan energi berkelanjutan yang secara aktif berkontribusi dalam mengurangi ketergantungan pada minyak mentah impor sambil tetap menjaga kualitas dan keberlanjutan BBM di Indonesia. Melalui langkah-langkah ini, Pertamina ingin memberikan kontribusi nyata untuk mengatasi tantangan energi global sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan kita.

“Karena ini sebagai pengganti impor BBM tentunya, dan pencapaian yang sudah kita lakukan dengan adanya mandatory B35 ini menghasilkan baik itu penghematan devisa, di tahun 2022 itu mencapai Rp120 triliun, di tahun ini diproyeksi ini bisa menurunkan impor BBM Rp161 triliun,” ujar Nicke saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Panja Komisi VI DPR RI, Jakarta, Senin (2/10/2023).

Tak hanya itu, katanya, dari aktivitas produksi dan suplai bioenergi atau biofuel, Pertamina menargetkan adanya penurunan karbon emisi (CO2) mencapai 35 juta ton pada 2024. Hingga tahun lalu, perseroan mampu menekan emisi karbon hingga di angka 28 juta ton.

“Di 2022 ini bisa menurunkan 28 juta ton CO2, di 2024, nanti kita bisa menargetkan 35 juta ton CO2 yang bisa kita kurangi dari program ini (biofuel),” ucapnya.

Menurut Nicke, Indonesia perlu mengikuti jejak Brasil dan India yang menjadikan Biofuel sebagai salah satu sumber energi menuju energi baru dan terbarukan (EBT). Dia juga memastikan program Biofuel menjadi konsentrasi utama Pertamina saat ini.

“Sehingga dengan demikian seperti halnya Brasil dan juga India yang menjadikan Biofuel salah satu andalan dari transisi energi,” tuturnya.

Nicke menjelaskan, Biofuel energi sangat penting dan cocok untuk Indonesia. Dia menghitung, jika produksi Bioenergi meningkat, maka berdampak positif bagi sejumlah sektor bisnis. Misalnya, sektor perkebunan akan meningkat atau menyerap tenaga kerja, lalu menggunakan areal yang tidak produktif, dan bisa juga menurunkan impor BBM.

video terkait :

Umah IT
Siplah Umah IT
adaru bhumi

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cart
Your cart is currently empty.