RedaksiBali.com – Kasus kontroversial yang melibatkan Arie Febriant, seorang pegawai PT Pertamina yang terkenal karena meludahi seorang perempuan di jalan raya, telah menarik perhatian banyak orang. Sebelum kejadian itu, Arie dikenal sebagai Assistant Manager Crude Oil Domestic Supply di Sub Holding Refinery & Petrochemical PT Pertamina. Namun, aksi kontroversialnya tersebut telah membuatnya menjadi sorotan dan mendapat sanksi dari perusahaan.
Pertamina, sebagai perusahaan BUMN dengan gaji tertinggi di Indonesia, memberikan kompensasi yang cukup besar kepada para pegawainya. Sebagai seorang Assistant Manager, Arie Febriant memiliki gaji sebesar Rp 28 juta per bulan. Selain itu, dia juga menerima tunjangan kerja yang signifikan, berkisar antara Rp 20 juta hingga Rp 35 juta per bulan. Dengan demikian, total pendapatan bulanan Arie dari Pertamina mencapai sekitar Rp 48 juta.
Pendapatan tersebut setara dengan sekitar 20 kali Upah Minimum Regional (UMR) Yogyakarta, yang pada tahun 2024 adalah Rp 2,4 juta. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai Pertamina, termasuk Arie Febriant, memiliki penghasilan yang jauh di atas rata-rata pekerja di wilayah tersebut.
Meskipun Arie memiliki pendapatan yang tinggi, perilaku buruknya di jalan raya telah mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk Pertamina sendiri. Perusahaan menegaskan bahwa mereka tidak akan mentolerir perilaku tidak pantas dari para pegawainya. Sebagai konsekuensi dari tindakannya, Arie telah dibebastugaskan dari jabatannya sebagai Assistant Manager.
Kasus ini menunjukkan pentingnya menjaga etika dan perilaku yang baik, terlepas dari tingkat pendapatan atau jabatan seseorang. Meskipun memiliki gaji dan tunjangan yang besar, tindakan tidak terpuji dapat berdampak negatif pada reputasi dan karier seseorang. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu, terutama mereka yang bekerja di lingkungan profesional, untuk selalu mengedepankan perilaku yang pantas dan bertanggung jawab.