RedaksiBali.com – Saham BUMN konstruksi kompak melejit hingga penutupan sesi I, Kamis (14/12/2023), setelah sempat anjlok berhari-hari. Secara umum, saham-saham BUMN Karya masih dalam downtrend (tren penurunan) di tengah sejumlah masalah yang melanda.
Saham BUMN Konstruksi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) memimpin kenaikan, yakni mencapai 27,18 persen ke Rp248 persen. Lonjakan tersebut tampaknya berkaitan dengan aksi spekulasi buy the dip (membeli saham saat koreksi). Maklum, saham WIKA sempat ambles 8 hari beruntun, selama 4-13 Desember lalu. Total penurunannya pun fantastis, yaitu minus 49,22 persen. Sejak awal tahun (year to date/YtD), saham WIKA jatuh 69,00 persen, sedangkan dalam 5 tahun terakhir terjun bebas 83,90 persen.
Penurunan tajam saham WIKA terjadi seiring perusahaan menelan rugi bersih Rp5,84 triliun selama 9 bulan 2023 atau kuartal III-2023, meningkat tajam dari rugi periode sebelumnya yang hanya Rp27,96 miliar. Dengan situasi fundamental yang buruk tersebut, kenaikan saham WIKA ini masih membutuhkan katalis lanjutan untuk bisa bertahan lama, apalagi untuk membalik tren. Apabila gagal, itu berarti lompatan saham WIKA hanya bersifat jangka pendek (dead cat bounce).
Asing sendiri terus mengurangi porsi di saham WIKA. Dalam sepekan, asing membukukan jual bersih (net sell) Rp25,12 miliar di pasar reguler. Sementara, secara YtD, net sell asing di WIKA mencapai Rp116,51miliar. Belum lagi, WIKA, bersama BUMN Karya lainnya PT PP (Persero) Tbk (PTPP), baru saja dikeluarkan dari indeks MSCI Small Cap. Asal tahu saja, MSCI kerap menjadi acuan fund manager dan investor asing.
Saham anak usaha WIKA, WTON juga melejit 14,68 persen, usai anjlok 7 hari berturut-turut. Saham emiten pelat merah ADHI dan PTPP juga masing-masing menghijau, 8,48 persen dan 6,80 persen. ADHI rebound usai melemah 10 hari beruntun, sejak 29 November 2023 hingga 12 Desember 2023. Saham PTPP mencatatkan penguatan 3 hari beruntun usai sempat terkena tekanan jual di awal Desember lalu. Saham ADHI ambles 26,03 persen YtD, sedangkan PTPP minus 23,08 persen pada periode yang sama. Sejumlah saham anak usaha BUMN Karya lainnya juga terapresiasi. Sebut saja, WEGE naik 6,10 persen dan 3,90 persen. Lebih lanjut, saham emiten Grup Astra PT Acset Indonusa Tbk (ACST) juga menguat 8,33 persen. Saham emiten konstruksi lainnya, JKON terangkat 3,57 persen, NRCA naik 1,88 persen, dan TOTL 0,54 persen.
Saham-saham konstruksi tampaknya terbawa euforia pasar yang kembali bangkit seiring investor merespons positif keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) yang kembali menahan suku bunga. Secara garis besar, problem pendanaan dan perbaikan keuangan masih menghantui sejumlah emiten BUMN Karya, seperti WIKA dan WSKT.
WIKA sendiri baru-baru ini resmi merilis keterbukaan informasi terkait rencana penambahan modal dengan skema rights issue. WIKA akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 92,23 miliar lembar saham seri B dengan nilai nominal Rp100 per lembar. Salah satu tujuan aksi korporasi ini dilakukan untuk menyerap Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp6 triliun. Sebab pemerintah RI saat ini menguasai saham WIKA sebanyak 5,83 miliar atau setara 65,04% efektif per 30 November 2023.
Menurut catatan RHB Sekuritas dalam sebuah riset pada 9 Oktober, sektor konstruksi memiliki katalis positif dari alokasi anggaran pemerintah untuk Ibu Kota Negara (IKN). Analis RHB menyebut, pemerintah menaikkan alokasi anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di 2023 sebesar Rp15 triliun, terutama untuk mendongkrak pembangunan IKN dan meningkatkan optimisme investor terhadap sektor konstruksi. Namun, demikian jelas analis RHB, dampaknya kemungkinan hanya bersifat sementara, seiring dengan laju pembangunan yang dilakukan mungkin melambat tahun depan karena proses pemungutan suara pemilihan umum (Pemilu) 2024 dan seleksi yang baru Kabinet, yang biasanya berlangsung beberapa bulan setelah pemilu.
Nasib Waskita Sementara, saham BUMN Konstruksi WSKT masih disuspensi oleh bursa karena dalam proses restrukturisasi utang. Kabar terbaru, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir enggan memasukkan WSKT sebagai ‘pasien’ baru PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Padahal, restrukturisasi utang emiten belum mendapat persetujuan pemegang obligasi dan vendor.
Dalam proses penyehatan keuangan Waskita Karya, Erick memastikan pemegang saham memiliki strategi khusus dan berbeda. Sehingga, langkah untuk kembali membawa BUMN konstruksi itu di bawah naungan PPA tidak harus dilakukan. “Oh enggak lah (jadi pasien PPA), Danareksa sudah ada beberapa perusahaan yang sudah jadi bagus. Ada strategi yang berbeda,” ucap Erick kepada wartawan, Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Lantas, apa strategi yang disiapkan Erick Thohir untuk menyehatkan keuangan emiten bersandi saham WSKT? Pemegang saham menyiapkan beberapa langkah penyehatan yakni restrukturisasi keuangan, penyertaan modal negara (PMN), rights issue, merger atau penggabungan BUMN karya, divestasi ruas tol ke Indonesia Investment Authority (INA) atau strategic partnership. Lalu, fasilitas kredit dengan penjaminan pemerintah, restrukturisasi anak perusahaan, transformasi bisnis, penyelesaian ruas Tol Sumatera serta perbaikan tata kelola dan manajemen risiko. “Kita ciutkan jumlah karya-karya, lalu menjadi sister company dulu, bapak dan anak atau ibu dan anak, baru merger, itu ada prosesnya semua ya, ada penyuntikan, ada restrukturisasi, ada juga menjual aset ke INA, ya itu semua menjadi sebuah restrukturisasi,” paparnya.