RedaksiBali.com – Pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Miftah, mengemukakan pandangannya terkait etika politik Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Gus Miftah menyoroti ketidaksesuaian antara janji Anies Baswedan untuk tidak maju sebagai calon presiden dan dukungan finansial yang diberikan kepadanya saat ia mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Dalam sebuah ceramah di Pondok Pesantren Al Kamal Kunir, Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar, Gus Miftah menjelaskan bahwa Anies Baswedan telah menerima bantuan dana yang jumlahnya mencapai ratusan miliar rupiah ketika ia maju sebagai Gubernur DKI Jakarta. Namun, Gus Miftah menilai bahwa Anies Baswedan tidak memenuhi janjinya untuk tidak maju sebagai calon presiden.
Gus Miftah juga membandingkan sikap Prabowo Subianto dalam menanggapi situasi ini. Ketika putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengizinkan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo, menjadi calon wakil presiden, Prabowo tidak menyerang balik Anies dan Ganjar Pranowo. Gus Miftah menjelaskan bahwa Prabowo tidak ingin mempermalukan kedua capres tersebut di depan masyarakat Indonesia.
Menurut Gus Miftah, Prabowo memiliki kesempatan untuk menyerang balik Anies dan Ganjar jika ia mau. Salah satu hal yang bisa diungkit adalah soal etika berpolitik. Gus Miftah menyebut bahwa Anies Baswedan sebelumnya berjanji untuk tidak maju sebagai calon presiden jika Ketum Gerindra, Prabowo Subianto, maju. Namun, Prabowo tidak mengungkit janji tersebut dalam debat capres.
Sebaliknya, Anies Baswedan justru menyerang etika berpolitik Prabowo dengan mencalonkan Gibran sebagai calon wakil presiden. Gus Miftah menegaskan bahwa Prabowo memiliki peluang untuk mengungkit janji Anies Baswedan yang tidak dipenuhi. Namun, Prabowo memilih untuk tidak melakukannya demi menjaga martabat kedua capres tersebut di mata masyarakat Indonesia.
Gus Miftah menekankan pentingnya etika dalam berpolitik. Ia berpendapat bahwa etika berpolitik harus dijunjung tinggi oleh semua pihak, termasuk para calon presiden. Ketika janji-janji politik tidak dipenuhi, hal ini dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin yang terpilih.
Dalam konteks ini, Gus Miftah menilai bahwa Anies Baswedan telah melanggar etika politik dengan tidak memenuhi janjinya untuk tidak maju sebagai calon presiden setelah mendapatkan dukungan finansial yang besar saat ia mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Namun, Gus Miftah juga mengapresiasi sikap Prabowo Subianto yang tidak memanfaatkan kesempatan untuk menyerang balik Anies dan Ganjar dalam debat capres.
Dalam kesimpulannya, Gus Miftah mengajak semua pihak, terutama para calon presiden, untuk menghormati dan mematuhi etika berpolitik. Janji-janji politik yang tidak dipenuhi dapat merusak kepercayaan masyarakat dan menggerus integritas pemimpin yang terpilih. Etika berpolitik harus dijunjung tinggi agar proses demokrasi dapat berjalan dengan baik dan masyarakat dapat memiliki pemimpin yang berkualitas.