Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF), sebagian besar kasus diabetes yang terjadi di dunia yaitu diabetes tipe 2. Umumnya diabetes tipe 2 ini dipengaruhi oleh gaya hidup, termasuk pola makan. Oleh karena itu, untuk mencegah dan mengatasi diabetes melitus tipe 2, dapat dilakukan dengan cara diet atau mengatur pola makan, serta aktivitas fisik.
Dalam mengatur pola makan untuk pengidap diabetes, seperti pada umumnya, dibutuhkan asupan makanan yang berimbang. Asupan makanan tersebut meliputi makanan yang mengandung nutrisi atau asupan gizi seimbang antara karbohidrat, lemak, dan protein. Di samping itu, dibutuhkan juga serat, vitamin, dan mineral, serta minum yang cukup.
Selain itu, dokter spesialis penyakit dalam Prof. Dr. dr. Pradana Soewondo Sp.PD-KEMD yang juga anggota Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) menyarankan untuk mengatur 3 hal yang disebut 3J dalam pola makan untuk pengidap diabetes melitus tipe 2. Hal tersebut dokter Pradana sampaikan dalam Podcast Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) bertajuk “Banyak Orang Gak Tau Kalau Dirinya Diabetes, Segera Deteksi Dini!” yang tayang Senin (13/11) di Youtube.
“Sebetulnya diabetes melitus itu menu (makanannya) tidak perlu berbeda dengan orang normal, tetapi kita perlu mengatur dalam 3 hal sebetulnya, yang disebut dengan 3J,” kata dokter Pradana. Tiga J tersebut meliputi Jadwal, Jumlah, dan Jenis makanan yang dikonsumsi.
“Pertama mengenai jadwal. Jadwal, waktu kita makan,” kata dr. Pradana, dalam acara yang ditayangkan berdekatan dengan momen Hari Diabetes Sedunia setiap 14 November itu. Jadwal makan bagi pengidap diabetes dapat disesuaikan dengan kebiasaan sebelumnya. Jika biasa makan 3 kali sehari, atau 2 kali sehari, itu pun dapat diterapkan. Namun yang penting, perlu diperhatikan pula jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi. Makan satu kali sehari dengan porsi berlebih pun tidak dianjurkan untuk pengidap diabetes. Hal itu karena dapat mengakibatkan gula darah yang naik secara tiba-tiba, kemudian turun. “Yang penting kadar gula darahnya itu dalam kisaran mendekati normal sepanjang hari,” dokter Pradana mengingatkan.
“Kemudian mengenai jumlah. Dalam hal jumlah, ini tidak selalu harus makan sedikit, sesuai dengan kebutuhan. Kalau kita bekerjanya berat, tentu makannya membutuhkan kalori yang tinggi,” lanjut dokter spesialis tersebut. Contoh kasus tersebut misalnya bagi pengidap diabetes yang bekerja di pelabuhan untuk mengangkat barang berat, jumlah makanan yang dikonsumsi pun bisa lebih banyak dibandingkan orang dengan aktivitas fisik sedikit.
“Kemudian satu lagi, mengenai jenis. Jadi dibutuhkan komposisi yang berimbang antara karbohidrat, lemak, dan protein,” sambung dokter itu. Dokter Pradana menyampaikan, mengandalkan satu jenis makanan seperti hanya makan protein saja tidak selalu bagus. Meski konsumsi protein baik, tapi diperlukan pula asupan lain, termasuk karbohidrat. Karbohidrat yang biasa dihindari pengidap diabetes juga diperlukan dalam jumlah tertentu. Hal itu karena gula dalam karbohidrat dibutuhkan untuk energi. Diet dengan konsumsi protein saja memang dapat membuat tubuh mengubah energinya dari lemak. Meski hal itu dapat menguntungkan, di sisi lain, pengidap diabetes juga perlu hati-hati jika terjadi peningkatan kadar keton yang tidak dianjurkan pada pasien diabetes.
“Jadi, kita harus perhatikan jumlahnya sekaligus jenisnya, dan juga jadwal,” kata dokter spesialis penyakit dalam itu.