Bank Sentral AS Menahan Suku Bunga, Bank Indonesia Fokus Penguatan Nilai Tukar Rupiah

1 minute, 53 seconds Read

Pada Rabu (20/9), Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di rentang 5,25–5,50%, sesuai dengan ekspektasi konsensus. Meskipun demikian, The Fed masih memproyeksikan tingkat suku bunga pada akhir 2023 berada di rentang 5,50–5,75%, menunjukkan kemungkinan kenaikan suku bunga satu kali lagi pada sisa tahun ini.

Proyeksi The Fed untuk tahun 2024 menunjukkan pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps ke level median 5,1%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang memperkirakan pemangkasan sebesar 100 bps pada Juni 2023. Untuk tahun 2025, The Fed memperkirakan suku bunga acuan berada di level 3,9%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya di 3,4%.

baca juga : 

Kepala The Fed, Jerome Powell, menjelaskan bahwa proyeksi pemangkasan suku bunga yang lebih rendah tahun depan lebih disebabkan oleh optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi AS, bukan karena faktor inflasi yang sulit menurun.

Berikut adalah proyeksi terbaru The Federal Reserve terhadap beberapa indikator makroekonomi: Pertumbuhan ekonomi: 1,8% (2023), 1,5% (2024), dan 1,8% (2025). Inflasi: 3,3% (2023), 2,5% (2024), dan 2,2% (2025). Tingkat pengangguran: 3,8% (2023), 4,1% (2024), dan 4,1 (2025).

Di dalam negeri, Bank Indonesia pada Kamis (21/9) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75%. Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi konsensus. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa keputusan ini difokuskan pada penguatan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Para ekonom memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan tingkat suku bunga di level 5,75% hingga akhir 2023. Namun, survei juga menunjukkan bahwa Bank Indonesia diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada kuartal pertama 2024 dan total 75 bps selama 2024. Proyeksi tersebut lebih rendah dari survei sebelumnya yang memperkirakan pemangkasan sebesar 100 bps.

Meskipun pemangkasan suku bunga tidak sebesar sebelumnya, sektor perbankan, properti, telekomunikasi, dan teknologi masih berpotensi menguntungkan dari kebijakan tersebut.

Ekspektasi kebijakan moneter Bank Indonesia akan lebih reaktif terhadap arah kebijakan The Fed ke depannya. Jika suku bunga tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, hanya perbankan besar dengan pendanaan (CASA) yang kuat seperti BBCA dan BMRI yang berpotensi lebih tangguh karena mereka dapat menjaga tingkat Net Interest Margin (NIM) dengan lebih baik daripada bank-bank lainnya.

Saham terkait: BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, ARTO, BSDE, CTRA, SMRA, PWON, TBIG, TOWR, GOTO, BUKA, BELI

video terkait : 

 

Umah IT
adaru bhumi
Siplah Umah IT

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cart
Your cart is currently empty.